
Dewasa ini bahasa Inggris sudah menjadi kebutuhan untuk bersosialisasi. Era globalisasi menuntut orang untuk dapat berbahasa yang dapat digunakan secara luas. Keadaan ini menyebabkan sekolah bilingual pun menjadi trend, bertumbuhan seperti suara katak sehabis hujan. Kadang orang tua pun bingung memilih yang mana yang sesuai untuk anak. Mengingat biaya sekolah seperti ini tidak murah, maka orang tua harus seksama menimbang dan memilih apakah sekolah bilingual akan menjadi bermanfaat untuk si kecil atau malah akan menjadi beban anak sekaligus beban orang tua, karena biayanya yang tidak murah.
Jenis-jenis Sekolah Bilingual
Yang dikatakan sekolah bilingual adalah sekolah yang menggunakan dua bahasa yang bebeda sebagai bahasa pengantar, yaitu Bahasa Asal/ Bahasa Natif (BA, biasanya bahasa ibunda atau bahasa yang digunakan di rumah), dan Bahasa Tujuan (BT, misalnya bahasa Inggris, bahasa Mandarin). Biasanya BT dijadikan bahasa pengantar dengan tujuan agar murid dapat menguasainya dengan baik. BT yang digunakan adalah bahasa yang dianggap penting dalam era globalisasi ini, dan akan memberikan keuntungan orang yang menguasainya.
Dari kegiatan penggunaan BA dan BT, maka ada beberapa jenis sekolah bilingual, antara lain:
o Pendidikan bilingual transisi. Pada tiga tahun pertama BA masih digunakan untuk subjek pelajaran tertentu agar tidak ketinggalan, seperti matematika. BT digunakan untuk subjek pelajaran tertentu yang dianggap bukan pelajaran utama, seperti olah raga, kesenian. Setelah masa transisi tersebut, baru hanya BT saja yang diajarkan kepada anak.
o Pendidikan bilingual dua-arah, yaitu BA dan BT digunakan secara bersamaan dalam semua subjek pelajaran, dengan tujuan agar murid dapat menguasai kedua bahasa dengan sama baiknya. Dalam setiap pelajaran anak dapat berinteraksi baik dalam BA ataupun BT.
o Pendidikan bilingual kedwibahasaan, yaitu hampir semua pelajaran diajarkan dalam BT, hanya pelajaran yang berkaitan dengan BA saja yang menggunakan BA tersebut, misalnya pelajaran bahasa Indonesia. Tetapi walau hampir semua subjek menggunakan BT, tetapi para pengajar juga memahami BA, yang merupakan bahasa natif murid, sehingga pengajar dapat memahami bahasa dan psikologi murid.
Usia yang tepat memulai sekolah bilingual
Sebagian ahli bahasa sperti Krashen dan Lenneberg mengakui adanya “usia kritis” atau “usia emas” dalam mempelajari berbahasa, yaitu usia yang efektif untuk anak agar dapat berbahasa seperti penutur asli, jika mulai berinteraksi dengan bahasa tersebut sebelum umur 11 atau 12 tahun. Pendapat ini didasarkan pada perkembangan neurobiologis anak. Ketika anak lahir belum ada pemisahan fungsi otak kiri atau kanan. Otak anak masih elastis. Dan baru pada awal pubertas, sekitar umur 11 – 12 tahun, terjadi pembagian tugas pada otak kanan dan kiri. Berdasarkan pendapat tersebut maka usia kanak-kanak adalah masa yang tepat untuk belajar berbahasa. Berdasarkan hal tersebut, usia dari 0 sampai sekitar 12 tahun, adalah usia yang tepat untuk memperkenalkan kepada anak bahasa apa pun.
Pendidikan bilingual akan efektif jika dimulai pada usia kritis ini, dibandingkan jika dimulai jika sudah melewati masa kanak-kanak, apalagi muatan materi pelajaran sekolah setelah usia ini (biasanya anak sudah di SMP), akan bertambah berat. Dengan kata lain, pendidikan bilingual yang baru dimulai pada usia pubertas, jika tidak diimbangi dengan kemampuan penguasaan BT yang memadai dapat menimbulkan kesukaran pada anak.
Sebab ketika anak belum menguasai BT yang menjadi bahasa pengantar, di pihak lain anak malah dituntut untuk menguasai tujuan akademik dari materi pelajaran yang makin sukar, seperti matematika, biologi, dsb. Anak harus bekerja keras ganda, untuk menguasai materi pelajaran dan BT. Untuk menolong anak, maka orang tua sebaiknya memberikan tambahan pelajaran untuk penguasaan BT, seperti dengan mengikutkan kursus bahasa tersebut. Motivasi juga penting untuk ditanamkan, sehingga anak dapat belajar dengan gembira.
Tips memilih sekolah bilingual

Ada beragam sebab mengapa orang tua memilih sekolah bilingual untuk pendidikan anak. Ada yang memilih sekolah bilingual untuk investasi masa depan anak. Era globalisasi menuntuk anak untuk dapat berbahasa yang dapat dipahami oleh komunitas internasional, misalnya bahasa Inggris, bahasa Mandarin ataupun bahasa lain. Kompetitor antar individu di lapangan pekerjaan di masa datang juga akan lebih meningkat daripada sekarang, sehingga orang tua merasa harus membekali anak dengan berbagai ketrampilan, salah satunya ketrampilan berbahasa, untuk dapat berkompetisi.
Sebagian orang tua juga memilih sekolah bilingual dengan tujuan untuk menerapkan nilai-nilai dasar, seperti agar anak dapat menerima adanya perbedaan dalam kehidupan, termasuk perbedaan dalam berbahasa, perbedaan dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan atau perbedaan kultural yang terdapat di antara kawan-kawannya.
Ada juga orang tua yang memilih sekolah bilingual sebagai bagian dari jaringan bersosialisasi untuk orang tua, sekaligus sebagai investasi komunitas yang akan digunakan anak kelak jika sudah terjun ke lapangan kerja, karena kebanyakan murid sekolah bilingual datang dari ekonomi menengah atas.
Apa pun sebab yang mendasari memilih sekolah bilingual untuk tempat pendidikan anak, maka yang harus diperhatikan ada bebarapa hal:
o Mengingat “usia kritis” anak, maka BT sebaiknya diperkenalkan seawal mungkin. Semakin dini anak diperkenalkan pada BT maka semakin baik.
o Usia dini pengenalan BT juga dilakukan dengan cara menyenangkan, seperti dengan bermain-main, sesuai dengn perkembangan otak anak. Alat ukur kegiatan belajar yang sesuai untuk anak adalah berdasarkan psikologi anak, dan bukan orang dewasa.
o Proses penguasaan BT di sekolah bilingual sebaiknya dengan cara pemerolehan dan bukan dengan pembelajaran biasa. Proses pemerolehan bahasa akan lebih efektif daripada proses pembelajaran bahasa biasa, karena proses pemorelehan melibatkan pemenuhan kebutuhan anak, motivasi dan emosi akan bahasa tersebut.
o Bahasa adalah sebuah ketrampilan, maka orang tua sudah harus memikirkan aktivitas lanjutan dari BT yang dipelajari di sekolah sebelumnya, jika nanti melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Jika di sekolah yang lebih tinggi nanti tidak memiliki BT seperti yang dipelajari anak di sekolah sebelumnya, maka orang tua sebaiknya memfasilitasi anak dengan saluran lain yang membawa BT, seperti kursus BT, buku-buku, filem-filem, kawan-kawan yang berbahasa BT, dsb, agar ketrmpilan berbahasa tersebut tidak hilang.
o Pengajar-pengajar yang berinteraksi dengan anak di sekolah, baik natif ataupun bukan, tetap harus menguasai psikologi anak, dan akar budaya anak yang mungkin berbeda dengannya. Dengan demikian tidak terjadi kesalahpahaman.
o Yang tidak kalah pentingnya, orang tahu harus mengetahui dengan jelas program sekolah bilingual yang dipilih. Apakah dapat mengakomodir pendidikan lanjutan anak nanti jika tetap berada di tanah air, ataukah memang disiapkan untuk mereka yang akan bersekolah di luar negeri.
sumber: Herlina MUstikasari Spd, MA,Phd (cand) *Dimuat di Tabloid Nakita
1 komentar:
esto es un poco dificil para mi para leer me cuesta
Posting Komentar